Zonalinenews-Kupang — Ketua Umum Forum Komunikasi Pejuang Timor-Timur (FKPTT), Eurico Gueterres, menyampaikan ungkapan kekecewaan mendalam terhadap pihak-pihak yang dianggap melupakan peran dan kontribusi Pejuang Timor-Timur dalam proses politik nasional dan daerah. Hal itu disampaikannya saat jumpa pers usai pembukaan Kongres FKPTT I di Gedung Golkar NTT, Sabtu 29 November 2025 sore.
Eurico mengibaratkan posisi Pejuang Timor-Timur dan warga eksodus yang memilih tetap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai mobil mogok—dibutuhkan untuk didorong saat kesulitan, tetapi setelah kembali hidup justru ditinggalkan.
“Pejuang Timor-Timur atau warga eksodus yang tetap mencintai NKRI, rela meninggalkan tanah kelahiran. Namun kenyataannya, saat sulit kami dicari, saat menang kami ditinggalkan dan tidak diajak menumpang,” tegasnya.
Kekecewaan itu mencuat lantaran sejumlah tokoh dan undangan atau pihak-pihak yang selama Pemilu 2024 dibantu FKPTT baik di tingkat nasional maupun daerah—tidak menghadiri acara pembukaan kongres tersebut.
Eurico mengingatkan bahwa FKPTT termasuk salah satu kekuatan yang menghantarkan pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka memenangkan kontestasi Pilpres 2024. FKPTT juga aktif dalam pemenangan pasangan Melki Laka Lena–Johni Asadoma dalam Pilgub NTT, serta pasangan kepala daerah di Kabupaten Kupang, Kota Kupang, dan Kabupaten Belu.
Meski demikian, kemenangan itu menurutnya menghadirkan rasa yang tidak sepenuhnya manis.
“Meski kita menang, kami merasa seperti kalah. Sekalipun kita menang, ada rasa kalah. Tetapi ini bukan ungkapan kekecewaan—ini adalah bentuk kedewasaan politik,” ucapnya.
Eurico menegaskan bahwa perasaan tersebut tidak akan mengubah komitmen FKPTT untuk tetap berjuang demi bangsa, negara, dan masyarakat.
“Sekalipun kita merasa kalah, komitmen kita untuk negara dan kesejahteraan masyarakat tidak pernah berubah.”
Momen Perjalanan 2021–2025
Dalam kesempatan itu, Eurico juga menyinggung perjalanan panjang FKPTT sejak 2021 hingga 2025 yang penuh dinamika—dari konsolidasi organisasi, keterlibatan dalam proses politik nasional dan daerah, hingga perjuangan menjaga martabat pejuang eksodus Timor-Timur. Ia menyebut perjalanan tersebut sebagai fase pembuktian bahwa FKPTT bukan organisasi musiman, melainkan kekuatan sosial politik yang lahir dari sejarah dan pengorbanan.(*)
