Aipda Syamsuddin: Polisi Berhati Malaikat yang Membangun Sekolah Gratis untuk Anak Kurang Mampu

Zonalinenews-Manggarai, NTT — Di tengah rutinitas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, ada sosok anggota kepolisian yang diam-diam menyalakan cahaya harapan bagi masa depan anak-anak kurang mampu. Ia adalah Aipda Syamsuddin, ps. Paurmin Bag Ops Polres Manggarai — seorang Bhayangkara yang menjalankan tugas negara dengan penuh dedikasi, sekaligus memperjuangkan pendidikan bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan.


Berawal dari Kisah Hidup Penuh Perjuangan


Lahir di Dompu, Nusa Tenggara Barat, 6 Juli 1983, Syamsuddin tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, almarhum Muhammad Yakub, hanya seorang petani, dan ibunya, Siti Maryam, ibu rumah tangga. Ketika sang ayah meninggal dunia saat ia masih duduk di bangku SMA, Syamsuddin harus berjuang sendiri — bekerja sambil menempuh pendidikan demi menyambung hidup.


Pengalaman itu menanamkan keyakinan mendalam dalam dirinya: pendidikan adalah jalan untuk mengubah nasib. Ia bersumpah suatu hari akan memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah.


Dua Dekade Mengabdi sebagai Polisi


Sejak lulus dari SPN Polda NTT tahun 2004, Syamsuddin mengabdi di berbagai bidang kepolisian: Samapta, Intelijen, KP3 Udara, dan kini Bag Ops Polres Manggarai. Selama 21 tahun bertugas, ia dikenal sebagai polisi disiplin, rendah hati, dan bersih tanpa catatan pelanggaran.


Namun di balik kesibukan bertugas, ia menyimpan cita-cita besar: membangun sekolah untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, yatim, dan putus sekolah.


Membangun Madrasah Deen Assalam dari Nol


Tahun 2019 menjadi titik awal perjuangan itu. Dengan gaji terbatas, Syamsuddin memberanikan diri mengambil kredit bank. Bersama istrinya, Rini Mulyasari, S.Kom, ia membangun RA/TK Deen Assalam dan MIS/SD Deen Assalam di Cuncalawar, Kecamatan Langke Rembong.


Dua tahun pertama menjadi masa penuh pengorbanan — seluruh biaya operasional ditanggung dari kantong pribadi. Melihat lulusan TK tidak mampu melanjutkan sekolah, ia kembali mengambil kredit pada tahun 2021 untuk mendirikan sekolah dasar.


Kini, sekolah tersebut telah menampung 60 siswa TK/RA dan 35 siswa SD/MI, dengan program gratis penuh bagi anak yatim piatu dan siswa dari keluarga tidak mampu. Madrasah Deen Assalam juga telah memperoleh izin operasional resmi dari Kementerian Agama.


Pengakuan atas Pengabdian


Perjuangan panjang itu mulai mendapat perhatian. Aipda Syamsuddin menerima Piagam Penghargaan dari Kapolda NTT (2022), penghargaan dari Kapolda NTT saat ini, serta penghargaan dari Kapolres Manggarai atas dedikasinya di bidang kemanusiaan dan pendidikan.


Namun penghargaan bukanlah tujuannya. Baginya, senyum anak-anak yang bisa kembali bersekolah adalah penghargaan terbesar.


Pelita Harapan untuk Generasi Muda


Bagi Syamsuddin, sekolah bukan hanya tempat belajar membaca dan menulis. Ia ingin para siswa belajar bersyukur, mencintai alam, dan menumbuhkan empati terhadap sesama. Di luar pengelolaan sekolah, ia juga rutin menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu warga kurang mampu dan mendukung pondok pesantren.


Kisah hidup Aipda Syamsuddin menjadi bukti bahwa kebaikan sejati tidak lahir dari kedudukan tinggi, melainkan dari hati yang tulus.



“Untuk menjadi baik dan jujur tidak perlu jabatan tinggi. Yang dibutuhkan hanyalah niat tulus dan kerja nyata,” ujarnya suatu ketika.


Cahaya di Balik Seragam


Aipda Syamsuddin adalah wujud nyata semboyan “Polisi Humanis, Harapan Masyarakat.”

Di tengah keterbatasan, ia membuktikan bahwa pengabdian bisa menjadi jalan menuju keberkahan, dan bahwa seorang polisi dapat menjadi penjaga keamanan sekaligus penjaga masa depan anak bangsa. 

Bagi anak-anak yatim dan keluarga kurang mampu, nama AIPDA SYAMSUDDIN bukan sekadar identitas seorang anggota kepolisian — tetapi pintu menuju mimpi dan masa depan. (*)